PURBALINGGA - Hari Guru Sedunia atau World Teacher’s Day diperingati setiap tanggal 5 Oktober, (5/10/2021). Sedangkan di Indonesia sendiri ada Hari Guru Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 November. Tanggal ini ditetapkan bertepatan dengan hari lahirnya PGRI atau Persatuan Guru Republik Indonesia. Keputusan ini dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994.
Sementara hari Guru Sedunia bermula pada 5 Oktober 1994. Lebih tepatnya, peringatan ke-27 tahun hari Guru Sedunia. Sejak tahun 1994, tepatnya saat Konferensi UNESCO di Paris, 5 Oktober ditetapkan sebagai Hari Guru Sedunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Melibatkan 76 perwakilan negara dan 35 organisasi Internasional, konferensi UNESCO membahas topik seputar Recommendations Concerning the Status of Teachers.
Konferensi UNESCO yang berlangsung pada 21 September sampai 5 Oktober 1994 itu memberikan rekomendasi-rekomendasi terkait sikap profesional guru. Dalam kesempatan itu kemudian ditandatangani dokumen UNESCO tentang status guru di dunia yang meliputi standar perekrutan, pelatihan guru di dunia, dan kondisi pekerjaan guru.
Menurut UNESCO, Hari Guru Sedunia merupakan bentuk dari pemahaman, apresiasi, dan kepedulian terhadap guru. Selain itu, tujuan diperingatinya hari guru adalah sebagai bentuk dukungan untuk guru-guru di seluruh dunia. Hari guru menjadi suatu hal yang penting karena kehidupan generasi muda ditentukan oleh guru, dimana mereka memberikan pengetahuan dan membimbing siswa demi membangun masa depan mereka yang lebih baik.
Baca juga:
Upacara Virtual, Peringatan HUT TNI ke-76
|
Melansir laman resmi UNESCO pada tahun 2021 ini, Hari Guru Sedunia mengangkat tema “Teachers at the heart of education recovery”. Di tengah pandemi Covid-19, guru menjadi “jantung” dari pemulihan kondisi pendidikan yang ikut terpuruk. Guru mesti menjadi motor penggerak pemulihan kembali suasana sekolah yang sepi selama pandemi.
Sejak Maret 2020, selama satu setengah tahun masa pandemi Covid-19, sektor pendidikan di seluruh dunia telah terdampak. Proses belajar mengajar secara luring terpaksa dibatasi, bahkan ditiadakan. Seiring dengan perbaikan situasi pandemi Covid-19, para guru di seluruh dunia akan menghadapi tantangan untuk melakukan pemulihan sistem pendidikan pasca-pandemi.
Berdasar pada konteks global dan mengikuti semangat tolak ukur internasional tentang status tenaga pendidik, Hari Guru Sedunia akan berfokus pada dampak pandemi terhadap pendidikan dan juga guru, termasuk langkah-langkah yang perlu diambil untuk memastikan bahwa guru dapat mengembangkan potensi mereka untuk mengambil peran dalam pemulihan pandemi dan mencapai tujuan global pendidikan tahun 2030.
Prof. Dr. Sugiyono, M.Pd. dalam PPM Manajemen Pendidikan Pasca Pandemi Covid 19 yang diadakan Pascasarjana UNY yang diadakan secara daring pada 5 Mei 2021 lalu menjelaskan bahwa, situasi pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap sistem dan manajemen Pendidikan di Indonesia. Perubahan paling kentara adalah pada kegiatan belajar yang semula dilakukan tatap muka menjadi virtual atau online yang mana terdapat berbagai kendala yang dialami siswa maupun pendidik. Kegiatan Belajar Mengajar merupakan komunikasi antara guru dan murid. Ketika tatap muka langsung, materi akan diterima secara langsung.
“Berbeda bila secara online, akan ada hambatan baik itu putus jaringan atau suara tidak jelas, materi bisa tidak tersampaikan” tambah Sugiyono lagi dalam kegiatan yang diikuti oleh praktisi pendidikan dan guru serta masyarakat umum ini.
Sugiyono menarik kesimpulan mengenai Manajemen Pendidikan Pasca Pandemi yaitu pemerintah membuat kebijakan pendidikan yang bersifat continous improvement, kemudian melaksanakan 7 fungsi manajemen secara konsisten. Lalu materi ajar nasional diajar oleh pendidik yang memiliki kompetensi level nasional dilanjutkan dengan tutorial di masing-masing sekolah, dana pembangunan infrastruktur digunakan untuk membangun jaringan publik.
“Kemudian guru yang perlu kreatif mengembangkan metoda dan media pengajar yang menarik, keberhasilan pembelajaran diukur secara berkelanjutan dan perlunya keterlibatan keluarga dalam pembelajaran daring, ” tutup Sugiyono. (RP)